Jumat, 20 Juli 2012

pola asuh anak

KONSEP POLA ASUH ANAK Definisi • Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009) • Pola Asuh menurut agama adalah cara memperlakukan anak sesuai dengan ajaran agama berartimemehami anak dari berbagai aspek,dan memahami anak dengan memberikan ola asuh yang baik ,menjaga anak dan harta anak yatim, menerima, mamberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang sebaik – baiknya (QS Al Baqoroh:220) Dari beberapa pengertian maka yang dimaksud pola asuh dalam penelitian ini adalah cara orang tua bertndak sebagai suatu aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama – sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya. Bentuk Pola Asuh Macam – macam Pola Asuh Orang Tua Menurut Baumrind,(dikutip oleh Wawan Junaidi,2010), terdapat 4 macam pola asuh orang tua : (1). Pola Asuh Demokratis • Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. (2). Pola asuh Otoriter • Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. (3). Pola asuh Permisif • Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. (4). Pola asuh Penelantar • Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak – anak menurut Baumrind, (dikutip oleh Ira, 2006) adalah: • Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain. • Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. • Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. • Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh : Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu: • Sosial ekonomi • Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. • Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. • Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai – nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya. • Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya. • Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, (Okta Sofia, 2009). • Pola Asuh Orang Tua Dalam Keluarga • Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya.misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, member nasihat tidak pada tempatnya dantidal pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan.Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak negative terhadap perkembangan jiwa anak.Sehingga efek negative yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati,manja, keras kepala, pemalas, pemalu dam lain- lain.Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan orng tua .Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa ana.Tipe kepemimpinan orang tua berdampak pada pol aasuh yamg terhadap anaknya,Disisi lain pola asuh orang tua bersifat demikkratis atau otoriter, atau bahkan pada sisis lain bersifat laissez faire atau tipe campuran antara demokratis dan otoriter, (Syaiful, 2004 Pola Perlakuan orang tua (1). Overprotection (terlalu melindungi) Perilaku Orang Tua: • Kontak berlebihan pada anak • Pemberian bantuan yang terus menerus, meskipun anak sudah mampu sendiri • Pengawasan kegiatan anak yang berlebihan • Memcahkan masalah anak Profil Tingkahlaku Anak: • Perasaan tidak aman • Agresif dan dengki • Mudah merasa gugup • Melarikan diri dari kenyataan • Sangat tergantung • Ingin menjdi pusat perhatian • Bersikap menyerah • Kurang mampu mengendalikan emosi • Menolak tanggung jawab • Suka bertengkar • Sulit bergaul • Pembuat onar (troubelmaker) (2). Pola Perilaku Orangtua: Permissiveness (pembolehan) Perilaku Orangtua • Memberikan kebebasan untuk berfikir • Menerima pendapat • Membuat anak lebih diterima dan merasa kuat • Toleran dan memahami kelemahan anak • Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima Profil Tingkahlaku Anak • Pandai mencari jalan keluar • Dapat bekerjasama • Percaya diri • Penuntut dan tidak sabaran (3). Pola Perilaku Orangtua: Rejection (Penolakan) Perilaku Orangtua • Bersikap masa bodoh • Bersikap kaku • Kurang memperdulikan kesejahteraan anak • Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak Profil Tingkahlaku Anak • Agresif(mudah mara,gelisah, tidak patuh, suka bertengkar dan nakal) • Submissive(kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut) • Sulit bergaul • Pendiam • Sadis (4). Pola Perilaku Orangtua: Acceptance (penerimaan) Perilaku Orangtua • Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus pada anak • Menempatkan anak pada posisi yang penting di dalam rumah • Mengebangkan hubungan yang hangat dengan anak • Bersikap respek terhadap anak • Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya • Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya Profil Tingkahlaku Anak • Mau bekerjasama • Bersahabat • Loyal • Emosinya stabil • Ceria dan bersikap optimis • Mau menerima tanggung jawab • Jujur • Dapat dipercaya • Memiliki perencanaan baik di masa depan • Bersikap realistic (memahami kelebihan dan kekurangan secara obyektif) (5). Pola Perilaku Orangtua: Domination (dominasi) Perilaku Orangtua • Mendominasi Anak Profil Tingkahlaku Anak • Bersikap sopan dan sangat hati-hati • Pemalu, penurut, dan mudah bingung • Tidak dapat bekerjasama (6). Pola Perilaku Orangtua: . Submission (penyerahan) Perilaku Orangtua • Selalu memberi sesuatu yang diminta anak • Membiarkan anak berperilaku semaunya sendiri Profil Tingkahlaku Anak • Tidak patuh • Tidak bertanggung jawab • Agresif dan teledor • Bersikap otoriter • Terlalu percaya diri (7). Pola Perilaku Orangtua: Punitiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin) Perilaku Orangtua • Mudah memberikan hukuman • Menanamkan kedisiplinan sangat keras Profil Tingkahlaku Anak • Impulsif • Tidak dapat mengambil keputusan • Nakal • Sikap bermusuhan atau gresif Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap . acceptance merupakan yang paling baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh orang tua (Syamsu, 2009) Dari penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind mengemukakan dua hasil penelitian yaitu : (1) ada 4 gaya perlakuan orang tua yaitu: Authoritarian, permissive, authoritative, dan negalectfull. (2) dampak gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku anak Pengaruh Parenting Style terhadap Perilaku Anak (1). Parenting Style: Authoritarian Sikap atau Perilaku Orang Tua • Sikap acceptance rendah, namun kontrolnya tinggi. • Suka menghukum secara fisik • Bersikap mengomando (mengharuskan / memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi) • Bersikap kaku (keras) • Cenderung emosional dan bersikap menolak Profil Tingkah Laku Anak • Mudah tersinggung • Penakut • Pemurung, tidak bahagia • Mudah terpengaruh • Mudah stres • Tidak mempunyai arah masa depan • Tidak bersahabat (2). Parenting Style: Permisiveness Sikap atau Perilaku Orang Tua • Sikap acceptancenya tingi, namun kontrolnya rendah • Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan / keinginannmya. Profil Tingkah Laku Anak • Bersikap impulsif dan agresif • Suka memberontak • Kurang memikliki rasa percaya diri dan pengendalian diri • Suka mendominasi • Tidak jelas arah hidupnya • Prestasinya rendah (3). Parenting Style: Authoritative Sikap atau Perilaku Orang Tua • Sikap acceptance dan kontrolnya tinggi. • Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak • Mendorong anak untuk menyatakan pendapat • Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk Profil Tingkah Laku Anak • Bersikap bersahabat • Memiliki rasa percaya diri • Mampu mengendalikan diri • Bersikap sopan • Mau bekerjasama • Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi • Mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas • Berorientasi terhadap prestasi Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja Anak Prasekolah Definisi Anak Prasekolah • Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun (Biechler dan Snowman,) • Anak yang terkategori para sekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun, (Elizabeth B. Hurlock )mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the golden age). Perkembangan Anak Prasekolah • Menurut Hurlock mengemukakan bahwa lima tahun pertama disebut dengan The Golden Years. Anak mengalami kecepatan kemajuan yang sangat cepat. Tidak hanya fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak bukan seoarang bayi lagi melainkan seorang yang sedang dalam proses awal mencari jati dirinya. Anak sudah menjadi cikal bakal manusia dewasa. Anak sulit diatur dan mulai sadar bahwa dirinya juga manusia yang mandiri. Ciri – ciri masa kanak – kanak awal dapat diuraikan sebagai berikut: • Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Preschool Age”. Masa ini adalah masa anak sebelum anak masuk pendidikan formal (SD). • Masa kanak – kanak awal merupakan masa “ Pregang Age” • Masa ini anak belajar dasar – dasar dari tingkah laku untuk mempersiapkan dirinya bagi kehidupan bersama. • Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Hunter Age” • Masa ini anak senang menyalidiki dan ingin tahu apa yang ada disekitarnya. • Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Problem Age” • Anak menunjukkan banyak problem tingkah laku yang harus diperhatikan oleh orang tua. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak • Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut: • Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh islami sejak dini, yakni: • Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan. Ada tuntunan bagi orangtua laki-laki maupun perempuan untuk memilih pasangan yang terbaik sesuai tuntunan agama dengan maksud bahwa orangtua yang baik kemungkinan besar akan mampu mengasuh anak dengan baik pula. • Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandungan, setelah lahir dan sampai masa dewasa dan seterusnya diberikan dengan memberikan kasih sayang sepenuhnya dan membimbing anak beragama menyembah Allah SWT. • Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak,terutam pendidikan agama. Orangtua yang salih adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada anak-anak. Penanaman jiwa agam yang dimulai dari keluarga, semenjak anak masih kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik. Dengan mencontoh keteladanan Rasulullah SAW adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul kharimah. • Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya karena agama keturunan tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi untuk ber-Tuhan sehingga melaksanakan semua aturan agama • Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orangtua dapat mengantarkan kesuksesan anak. Begitu pula memupuk kesabaran anak sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengendalian diri. Kesabaran menjadi hal yang penting dalam hidup manusia sebab bila kesabaran tertanam dalam diri seseorang dengan baik maka seseorang akan mampu mengendalikan diri dan berbuat yang terbaik untuk kehidupannya. • Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif bagi kehidupan anak secara pribadi dan bagi orang lain/masyarakat secara luas, diantaranya: • Mewujudkan keselehan sosial dan kesalehan individu yaitu dengan terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang bertaqwa, beriman dan beramal saleh. Seseorang yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan, keramahan, mengendalikan amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan teratur berfikir serta cermat bertindak. Sikap yang ditunjukkan akibat kesabaran diri akan membuat individu mudah bergaul, dengan rasa aman dan damai, tanpa kekerasan. Sikap tersebut akan mampu memupuk konsep diri seseorang. • Dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat persaudaraan. • Saat seseorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai ketaqwaan dan ketaatan pada Allah SWT. Seseorang yang berada dalam keimanan dan ketaqwaan sebagaimana janji Tuhan akan memiliki jiwa yang tenang. Dalam jiwa seorang yang tenang akan menstabilkan tekanan pada amygdale (system saraf emosi), sehingga emosi stabil. Dalam keadaan emosi yang stabil, seorang mudah mengedalikan diri dengan baik. • Orangtua wajib mengusahakan kebahagian bagi anak dan menerima keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT , serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Orangtua perlu tahu bahwa anak memiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang bukan mutlak ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ tinggi) akan tetapi kecerdasan itu bersifat majemuk. • Menurut Gardner bahwa pada diri anak dikenal istilah multiple intellegensi/kecerdasan ganda, yaitu: • Kecerdasan linguistik: meliputi kemampuan dalam hal mengarang, membaca maupun berkomunikasi verbal. Tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh mereka yang berprofesi maupun orator. • Kecerdasan logika-matematika. Jenis kecerdasan ini dapat membantu seseorang menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka. • Kecerdasan visual-spasial. Tipe kecerdasan ini memudahkan seseorang untuk menemukan arah, menggunakan peta dan melihat objek dari berbagai sudut. • Kecerdasan gerak tubuh/kinestesis. Pada tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh olahragawan, penari,pemahat maupun dokter bedah. • Kecerdasan musical. Tipe kecerdasn ini berkembang dengan sangat baik pada musisi, penyanyi dan composer. • Kecerdasan interpersonal. Tipe kecerdasn ini memudahkan seseorang untuk memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri. • Kecerdasan intrarpersonal. Tipe kecerdasan ini adalah adany kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. • Kecerdasan natural. Tipe kecerdasan ini adalah adanya kemampuan untuk bekerjasama dan menyelaraskan diri dengan alam. • iKecerdasan spiritual dan kecerdasan eksistensial. • Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang secara bersikap adil. • Komunikatif dengan anak. Membicarakan hal yang ingin diketahui anak, dengan menjawab pertanyaan anak secara baik, misalkan; membicarakan pendidikan seks dan orangtua penting memberikan pendidikan seks sejak dini. • Memahami anak dengan segala aktivtasnya, termasuk pergaulannya, (Rifa, 2009) Peran Pola Asuh Dalam Membentuk Karakter Anak Berhasil mendidik anak-anak dengan baik adalah impian semua guru dan orang tua. Setiap guru dan orang tua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia, namun apakah pada kenyataannya semudah itu? Mayoritas orangtua pernah mengalami kesulitan dalam mendidik buah hati tercinta Para guru dan orang tua, ijinkan saya bertanya kepada Anda… Pernahkan kita berpikir bahwa program negatif yang (mungkin) secara tidak sengaja kita tanamkan ke pikiran bawah sadar anak kita, akan terus mendominasi dan mengendalikan hidupnya – membuatnya jadi berantakan di masa depan? Jika mau jujur melakukan evaluasi pada diri sendiri, bisa jadi kita semua termasuk saya sebagai orang tua telah dan sedang melakukan hal ini terhadap anak-anak kita. Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte: Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya Jujur sejak saya menikah, saya beruntung sekali memiliki istri yang peduli dengan perkembangan anak kami. Kami saling mengingatkan ucapan yang keluar dari mulut kami dan sikap serta perilaku kami yang “berbahaya” bagi anak kita. Kita sadar betul anak tidak perlu diajarkan sesuatu melalui komunikasi, hanya melihat saja maka itu sudah belajar dan direkam di otaknya. Kami sangat menjaga itu. Seperti judul diatas pola asuh adalah pendidikan karakter. Bagi kita orang tua, karakter apa yang ingin kita tanamkan pada anak kita? Berikan contoh itu dalam sikap dan perbuatan serta kata-kata. Maka dengan mudah anak akan mencontohnya dan menyimpannya dalam memory bawah sadarnya dan akan dikeluarkan kembali pada saat “ada pemicunya”. Maksudnya? Saat kita memberikan contoh hormat dan sayang pada pasangan kita, saat anak kita menikah kelak maka dia akan mencontoh perilaku kita orang tua-nya terhadap pasangannya. Sekarang ini sangat berlaku sekali kata-kata mutiara “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” dan itu saya rasakan betul saat banyak klien saya yang merasakan bahwa kehidupannya adalah hasil dari “fotocopy” orang tua-nya. Kalo orang tua-nya memberikan pengaruh yang baik tidak masalah, tetapi jika rumah tangga berantakan seperti orang tua-nya maka ini adalah suatu musibah. Kenapa ini terjadi? Yah, saya rasa Anda sudah tahu jawabannya bukan? Jadilah teladan bagi buah hati tercinta kita, pada mula dan awalnya anak akan selalu belajar dari lingkungan terdekatnya, yaitu orang tua. Mereka menyerap informasi dengan baiknya dari kelima indra mereka. Bukan hanya perkataan orang tua tapi sikap serta perilaku orang tua akan mereka serap juga, bahkan secara Anda tidak sadari. Jika kita orang tua, ingin tahu berapa nilai Anda sebagai orang tua dalam mendidik anak, ada cara mudah mengetahuinya. Raport pertama anak kita pada waktu sekolah (play group atau TK), itu adalah raport milik kita orang tua, bukan anak. Anda dapat berkaca dari hasil tersebut, bagaimana kualitas “produk” (baca: anak) Anda. Nah itu adalah raport awal saat 3-5 tahun Anda membentuk keluarga dan mendidik anak. Tapi jika mau tahu hasil akhirnya lihatlah kehidupan anak Anda ketika dia sudah berada didalam kehidupan sebenarnya. Lihatlah pergaulannya, cara berbicara dan bersikap dan jika kita orang tua lebih jeli dan bijak lihat keuangannya. Semakin baik kondisi keuangan anak Anda berbanding lurus dengan karakter yang dimiliki anak Anda (yang halal tentunya).

Pengertian, sejarah, Konsep bimbingan dan konseling Islam

Pengertian, sejarah, Konsep bimbingan dan konseling Islami* A. Definisi Bimbingan Dan Konseling Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psychology). Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya ”bersama” atau ”bicara bersama”. Pengertian ”berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien (Counselee). Dengan demikian counselium berarti, ”people coming together to again an understanding of problem that beset them were evident”, yang ditulis oleh Baruth dan Robinson (1987:2) dalam bukunya An Introduction to The Counseling Profession. Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Pada intinya Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system self klien sebagai tujuan koseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan kliennya. Ahli lain, Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka menegaskan konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien. Pietrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan rumusan sebelumnya, mengemukakan dengan singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seorang profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya, membuat keputusan dan pemecahan masalah. 1.Konseling Sebagai Proses Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan. 2.Koseling Sebagai Hubungan Spesifik Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik dan berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat, dan empati. 3. Konseling adalah Membantu Klien Hubungan konseling bersifat membantu (helping). Membantu tetap memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya. 4.Konseling untuk Mencapai Tujuan Hidup Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari perilaku adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat ”know about” tetapi juga ”how to” sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1968) disebut aktualisasi diri. Sedang dalam Webster’s third International Dictionare kata guidance mempunyai beberapa arti, yaitu: a.the process of controlling the course of projectile (as a missile or bomber) aby a boult-in mechanisme. b. The supertendence or assistance rendered by a guide (the build boy depended upon the guidance of his dog) c. A program or service function to promote the adjustemen of special group (asor diliguente children or prisoners) chiefly trough psychological counseling or aparaisal. d. Advice in choosing course, preparing for a focation or further education, or coping whit problems, given to student by a teacher or professional counselor. Dari keempat arti kata guidance tersebut memberikan gambaran lengkap . Jones dalam bukunya yang berjudul principeles of guidance, merumuskan bimbingan sebagai berikut: Guidance is the help given by one person to another in making intelegent and adjustment and in solvin problem. Dalam definisi ini anak harus membuat pilihanya sendiri dan ia juga harus mampu memimpin diri sendiri secara bijaksana . menurut jhones, kemampuan mengadakan pilihann dan penyesuaian yang bijaksana tidak diperoleh dari pembawaan tetapi harus dipelajari dalam proses perkembanganya. Mortensen dan Schmuller, dalam bukunya Giidence to day school (1978), merumuskan bimbingan (guidence) sebagai berikut : Guidence may by defined as that part or the total educational program that helps provide the personal opportunities and specializhed staf service by which each individual can develop to the fulls of this abilities and capacities in trem for the democraik idea. Tercapainya bimbingan menuntut kerja sama yang baik antara staf sekolah, yaitu guru, konselor, dokter, perawat, pekerja social, psikologi, dan kepala sekolah. Menurut L. Crow dan A. Crow definisi bimbingan adalah : Guidance is accistence made avileble by personality qualified and adequately trained man or women to a individual of any age help him manage his own life activities, develop his owen point of view, make his own decisions, and his owen burders. Mereka sangat menekankan pertolongan dari orang yang ahli dan terlatih, dengan tujuan agar individu mampu menolong dirinya sendiri, memutuskan sendiri, dan bertanggung jawab sendiri. Sthon dan Shertzer merumuskan bimbingan sebagai process of helping individuals to anderstendet themselves and their world. Dari semua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan memiliki kata-kata kunci dengan artinya sebagai berikut : a.suatu proses , setiap fenomena yang menunjukkan kontinuitas perubhan melalui waktu atu serangkaian kegiatan dan dan langkah-langkah menuju ke suatu tujuan. b.Suatu usaha bantuan, untuk menambah, mendorong, merangsang, mendukung, menyentuh, menjelaskan agar individu tumbuh dari kekuatan sendiri. c.Konseli atau anak, individu yang normal yang membutuhkan bantuan dalam proses perkembangannya. d.Konselor, indifidu yang ahli dan terlatih dan mau memberikan bantuan kepada konseli. Bantuan ini dapat berupa tem sepesialis seperti konselor, guru, psikolog, doctor,m perawat, dan administrasi sekolah. Dan istilah guidance and counseling di Indonesia mengalami pendistorsian makna menjadi penyuluhan atau nasihat. Tetapi dalam praktek selanjutnya istilah penyuluan banyak digunakan oleh banyak bidang semisal penyuluhan pertanian, penyuluhan bencana dll, yang sama sekali berbeda makana dan artinya dengan counseling, maka untuk tidak terjadinya salah pemahaman, istilah counseling tersebut langsung diserap menjadi konseling. Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan konseling terdapat banyak pendapat, salah satunya memandang konseling sebagai teknik bimbingan. Dengan kata lain, konseling berada dalam bimbingan . pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah sementara konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain, bimbingan sifat atau fungsinya preventive, sementara konseling kuratif atau korektif. Dengan demikian bimbingan dan konseling berhadapan dengan obyek garapan yang sama, yaitu problem atau masalah. Perbedaanya terletak pada titik berat perhatian dan perlakuan terhadap masalah tersebut. Sedangkan obyek garapan masalah dalam bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah psikologis, bukan masalah-masalah fisik. Kemudian fungsi atau kegiatan bimbingan dan konseling, lazimnya, seperti telah disebutkan oleh para ahli bukan hanya sekedar yang bersifat prventif dan kuratif saja, melainkan sebagai berikut : a.fungsi preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya masalah pada seseorang. b.Fungsi kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang. c.Fungsi preventive dan developmental, yakni memelihara agar keadaan yang telah baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang sudah baik itu menjadi lebih baik lagi. Definisi Konseling Islam Secara singkat bimbingan dirumuskan sebagai berikut : Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Dengan demikian bimbingan islami merupakan proses pemberian bantuan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, Yakni Alquran dan sunnah Rasul. Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan , melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu , dibimbing, dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan keetentuan dan petunjuk allah, maksudnya sebagai berikut : 1.Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang ditentukan Allah (sesuai dengan sunnahnya ) sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk allah. 2.Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui RasulNya (ajaran Islam). 3.Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksitensi diri sebagai makhlu Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepadaNya (mengabdi seluas-luasnya) 4.dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk allah yang demikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, dengan hidup serupa itu, maka akan tercapai kehidupan yang bahagia didunia dan akhirat. B.Sejarah Berdirinya Bimbingan Konseling Di Indonesia Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas. C. Konsep Dasar Bimbingan Konseling Disekolah C.1 Bimbingan Konvensional Tujuan bimbingan Tujuan bimbingan menurut para ahli dibedakan menjadi, yaitu tujuan bimbingan mendasar , umum, teoritis, dan yang lebih kongkret merupakan penjabaran dari tujuan yang bersifat umum. Tujuan yang bersifat umum antara lain penemuan diri dan dunianya, perkembangan secara optimal , realsisasi diri secara bernilai sebagai individu. Tujuan bimbingan yng merupakan penjsbsrsn dari tujusn umum telah banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan , antara lain bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut : a.mengerti dirinya dan lingkunganya. Mengerti diri meliputi pengenalan kemampuan , bakat khusus, minat, cita-cita, dan nilai-nilai hidup yang dimilikinnya untuk perkembangan dirinya. Mengenai lingkungan meliputi baik ingkungan fisik, social, maupun budaya. b.Mampu memilih, memutuskan , dan merencanakan hidupny secara bijaksana baik dalambidang pendidikan, pekerjaan, social-pribadi. Termasuk didalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara masimal d. Memecahkan masalahyang dihadapinya secara bijaksana . bantuan ini termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yan gmenjadi sumber masalah hidup e.Mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya dan mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya. f.Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaanlingkungannya Fungsi bimbingan Fungsi bimbingan dapat diartiakn sebagai suatu kegiatan tertentu yang mendukug atau yang mempunyai arti tujuan bimbingan. Mmortensen membagi fungsi bimbingan menjadi : a.Memahami Individu (Understanding Individual). Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat smemahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena inibimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara keseluruhan.tujuan bimbingan dan pendidikan tercapai bila programnya didasarkan atas pemahaman dirii anak didiknya. Bimbingan tak berfungsi efektif bila selor kekuranga pengetahuan dan pengertian mengenai motif ingkah laku knselir, hingga usaha persuasive dan tentative tidak dapat berhasil . b. Preventif dan pengembangan individual. Preventif dan perkembangann individual merupakan dua sisi dari satu mata uang . preventif berusanha mencegah kemrosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam pekembangan anak melaui pemberian pengaruh positif. Sedangkan bimbingan yang bersifat pengembangan (development guidence) memberikan bantuan untuk mengembangkan pola sikap dan perilaku yang dapat membantu setiap individu untu mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan cara demikian individu dapat terhindar dari problemproblemyang seriius , akan tetapi bukan untuk terhindar dari problem sehari-hari. c. Mebantu individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya. Setiap mnusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkunganya. Pertolongan yang dibutuhkan untuk tiap individu tidaklah sama perbedaan terletak pada tingkatan sehingga fungsi preventif dan pengembangannya memang ideal akan tetapi pada fungsi itu saja tidalah cukup Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan dan pengamalan untuk memecahkan problemnya sendiri. Sedangkan W. Huston dalam bukunya yang berjudaul Guidence in education menyebutkan dua fungsi utama bimbingan, yaitu fungsi penyaluran (distirbutiv) dan fungsi penyesuaian (adjustive). Fungsi penyaluran yaitu : a.memperkenalkan kepada siswa prihal pendidikan dan pekerjaan. b.Memperkenalkan kepada siswa prihal kemampuan dan minat, seta keterbatasannya. c.Mengusahakan agar sekolah selalu mengetahui kemungkinan-kemungkinan pendidikan dan pekerjaan. d.Memperkenalkan siswa sekolah dengan kemampuan-kemampuan siswa minat, dan keterbatasannya. e.Membantu siswa pada suatu saat untuk memilih dan memutuskan. Sementara komponen fungsi penyesuaian adalah : a.mencegah salah penyesuaian b.mengidentivikasikan kasus yang salah dalam penyesuaian diri c.mendiagnosia salah penyesuaian d.memberikan remedial treatment Prinsip-Prinsip Bimbingan a.bimbingan memberikan perhatian utama dan sistematis terhadap perkembangan pribadi setiap individu. Biasanya sekolah memusatkan perhatian pada perkembangan pribadi dan perasaan jika perkembangan intelektual terhalang. Guru bertanggung jawab terhadap bidang pengajaran , dan konselor lebih memperhatikan perkembangan kepribadian perkembangan anak. Bimbingan membantu siswa untuk mengenal dan mengetahui dirinya. Dan keduanya harus saslling bekerja sama karena yangmengalami proses pelajar individu sebagai pribadi. Bimbingan juga memperhatikan siswa untuk menciptakan arti dalam kehidupannya. b.Cara utama bimbingan dilaksanakan tergantung pada proses perilaku individu. Hal ini disebabkan perhatian bimbingan terhadap perkembangan pribadi . maka subjek bimbingan bagi petugas bimbingan adalah dunia anak yang bersifat pribadi pada setiap anak. c. Bimbingan berorientaasi pada kerja sama antara konselor dan konseli tanpa adannya paksaan. Siswa tak dapat dipaksa untuk diserahkan kepada petugas bimbingan konseling. Bimbingan terjadi atas persetujuan bersama antara konselor dan pribadi siswa. d.Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya manacker menyerahkan agar konsselor percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk mengaktualiassikan dirinya sendiri . selanjutnya setiap perubahan dalam diri manusia baik melalui aktivitasnya sendiri. e. Bimbingan didasarkan pada pengakuan terhadap martabat dan nilai individu sebagai manusia , sama seperti haknya individu untuk menentukan pilihanya sendiri. Karenanya, bimbingan menganggap setiam orang memiliki hak yang sama dan mengakui kebutuhan nya sebagai individu untuk bebas mewujudkannya sendiri. f. Bimbingan adalah proses pendidikan yang kontinu. Bimbingan seharusnya dimulai dari sekolah dasar sampai pada selesai sekolah atau sepanjang hidup manusia. Bimbingan tidak untuk diberikan hanya saat untuk kemudian tidak dilanjutkan , karena bimbingan adalah bagian dari keseluruhan proses pendidikan. Prinsip-prinsip Bimbinngan dalam Kurikulum 1975 di tingkatan SMA 1.prinsip-prinsip umum a. karena bimbingan berhubungan dengan sikap dan perilaku individu, perlu diingat bahwa setiap sikap dan perilaku individu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang ntik dan ruuwet. b.Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual dari para individu yang dibimbing untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai kebutuhannya c.bimbingan diarahkan untuk membantu individu yang bersangkutan agar mampu menolong dirinya sendiri dalam nenmghadapi kesulitan. d.bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing e.masalah yang tidak dapat diselesaikan disekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya f.bimbingsn harus dimuali dengan identifikasi kebutuhan –kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing. g.bimbingan harus fleksibel sesuai dengan individu dan masyarakat. Dst. 2.prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang dibimbing a)pelayanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa b)harus ada criteria untuk mengukur proritas pelayanan bimbingan kepada siswa tertentu c)program bimbingan harus berpusat pada siswa d)pelayanan bimbingan dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas, dst. C.2.Konseling Islami Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami Secara garis besar tujuan bimbingan dan konseling Islami dapat dirumus kan sebagai berikut : Membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Bimbingan dan koneseling sifatnya hanya merupakan bantuan , hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisi individu yakni sebagai orang yang dibimbing atau diberi konseling baik perorangan maupun kelompok. Yakni mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya “ yang berarti mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya “ berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah , makhluk individu,, makhluk social, dan sebagai makhluk berbudaya. Dalam perjalanan hidupnya, karena berbagai factor bimbingan dan konseling islami, manusia bissa dikehendaki yakni menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah (Problem), yaitu menghadapai adannya kesenjangan antara yang seharusnya ideal dengan senyatanya. Orang yang menghadapi masalah lebih-lebih jika berat , maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia. Bimbingan dan konseling Islami berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia bukan saja didunia tetapi juga diakhirat kelak, tujuan akhir dari bimbingan dan konseling Islami adalah kebahagian hidup didunia dan diakhirat. Secara singkat tujuan bimbingan konseling Islami dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.Tujuan Umum membantu individu meewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar tercapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. 2.Tujuan Khusus a.membantu individu agar tidak menghadapai masalah b.membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya c.membantu indvidu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. Fungsi dan kegiatan Bimbingan dan Konseling Islami Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimingan dan konseling islami tersebut diatas , dapatlah dirumuskan fungsi dari bimbingan dan konseling Islami sebagai berikut: 1.Fungsi Preventif yaitu ; membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah dalam dirinya 2.fungsi kuratif atau korektif; membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya 3.fungsi persuasive ; membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama 4.fungsi developmental atau pengembangan ; membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisiyang telah baik agar tetap baik atau menjaga lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi penyebab munculnya masalah baginya Untuk mencapai tujuan itu sejalan dengan fungsi bimbingan dan konseling Islami tersebut melakukan kegiatan yang dalam garis besarnya sebagai berikut : 1.membantu individu mengetahiu, mengenal danmemahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya atau memahami kembali keadaan dirinya , sebab dalam keadaan tertetentu seorang ndividu tidak mengenali dirinya 2.membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segi-segi baik baik buruknya , kekuatan serta kelemahannyasebagai sesuatu yang telah ditakdirkannya tetapi juga menyadari manusia wajib untuk berusaha atau ikhtiar. 3.membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapi saat ini, karena kerap kali masalah yang dihadapi individutidak dipahami si individu sendiri 4.membantu individu menemukan alternative pemecahan masalah. Latar Belakang Berdasarkan pendapat ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang telah dialaluinya. Bahkan sejak dari kandungan pun telah menerima berbagai pengaruh terhadap kelakuan dan kesehatan mental. Untuk itulah perlu adanya bimbingan dan pengajaran serta penanaman nilai-nilai agama Islam dan pembiasaan-pembiasaan yang baik sejak lahir. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat membentuk kepribadian manusia yang berakhlak karimah yang sesuai dengan ajaran agama. Karena kepribadian merupakan kebiasaan yang mendapatkan keterampilan-keterampilan gerak dan kemampuan untuk meggunakan secara sadar. Islam merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi seorang muslim yang baik. Dengan berlandasankan Al-Quran dam As-Sunnah, Islam mengarahkan dan membimbing manusia ke jalan yang diridhoi-Nya dengan membentuk kepribadian yang berakhlak karimah. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW: sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Nabi diutus oleh Allah untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai figur konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dnegan jiwa manusia agar manusia terhindar dari segala sifat-sifat yang negatif. Oleh karena itu, manusia diharapkan dapat saling memberikan bimbingan sesuai dengan kapasitasnya, sekaligus memberikan konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Dengan pendekatan Islami, maka pelaksanaan konseling akan mengarahkan klien kearah kebenaran dan juga dapat mebimbing dan mengarahkan hati, akal dan nafsu manusia untuk menuju kepribadian yang berkhlak karimah yang telah terkristalisasi oleh nilai-nilai ajaran Islam. Dan hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk menunjang kesuksesan pendidikan Islam disekolah maupun madrasah dalam melaksanakan bimbingan dan konseling untuk mengentaskan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik serta mengarahkannya untuk membentuk insan kamil yang memiliki kepribadian berakhlak karimah. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling dalam Islam Kata bimbingan dan konseling merupakan pengalihan bahasa dari istilah Inggris guidance and counseling. Pengertian Bimbingan secara etimologi adalah menunjuk, membimbing, atau membantu. Sedangkan pengertian bimbingan secara terminologi menurut Dr. Moh Surya (1986) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Dan pengertian konseling secara etimologi adalah nasehat, anjuran dan ajaran. Dengan demikian konseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.[1] Sedangkan secara terminologi pengertian konseling adalah sebagaimana berikut: 1. C. Patterson (1959) mengemukakan bahwa konseling ialah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu klien atau lebih, dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sitematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien. 2. Edwin C. Elwis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan prilaku yang memungkinkannya berhubungan secara efektif dengan dirinya dan lingkungannya. 3. Menurut Williamson, konseling diartikan sebagai suatu proses personalisasi dan individualisasi untuk membantu seseorang dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah. Ciri-ciri perilaku sebagai warga negara dan nilai-nilai pribadi dan sosial serta kebiasaan dan semua kebiasaan lainnya, mempelajari keterampilan (skill), sikap dan kepercayaan yang dapat membantu dirinya selaku makhluk yang dapat menyesuaikan diri secara normal. Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik garis besarnya, bahwa konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien dengan menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien. Bimbingan dan konseling saling berkaitan satu sama lain. Hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu tekhnik dan alat dalam pelayanan bimbingan. Dan pendapat lain yang mengatakan bahwa bimbingan memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah, sedangkan konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah individu atau dapat dikatakan bahwa bimbingan bersifat preventif sedangkan konseling bersifat kuratif.[2] B. Bimbingan dan Konseling Islami Dalam BK Islami perlu diketahui apa tujuan dari BK Islami tersebut. berangkat dari hal tersebut, Islam memandang bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi untuk mengabdi kepada-Nya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling Islami adalah untuk meningkatkan dan menumbuhkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt di muka bumi ini, sehingga setiap aktifitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya, yakni menyembah atau mengabdi kepada Allah swt. Secara kodrati, manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk religius yang memiliki keeksistensiannya dan hidup secara bersama-sama. Manusia dilahirkan sebagai makhluk monopluralis yang berunsurkan jasad dan ruh dengan disertai akal dan hati nurani dan hawa nafsu diberi kebebasan untuk berkehendak. Akan tetapi hal tersebut menuntut adanya tanggung jawab yang harus dipikulnya. Oleh karena itu, dengan bimbingan dan konseling daimaksudkan agar manusia mampu memhami potensi-potensi insaniahnya, dimensi-dimensi kemanusiaanya, termasuk memahami berbagai persoalan hidup dan mencari alternati pemecahannya.[3] Dengan pemahaman ajaran-ajaran Islam, secara preventif dapat mencegah manusia dari berbagai bentuk perbuatan negatif yang dapat merugikanya dirinya maupun orang lain. Allah berfirman dalam Al-Quran: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.[ QS. Al-Ankabut(29): 45]. Dan (40) Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, (41) Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).[An-Naziat (79): 40-41]. Apabila hal tersebut terjadi maka kebahagiaan yang hakiki yang akan diperoleh. Di era globalisasi ini, ditemukan banyak individu yang terbuai dengan urusan dunia sehingga melahirkan sikap individualistik dan sifat-sifat negatif semacamnya. Sikap dan perilaku yang demikian telah menyimpang dari perkembangan fitrah manusia yang telah Allah berikan. Bahkan hal tersebut dapat menjauhkan hubungan manusia sebagai hamba kepada Tuhannya meskipun hubungan sesama manusia tetap berjalan dengan baik. Hal demikian dapat terjadi dikarenakan kekurang perhatian pendidikan dan bimbingan yang diberikan sebelumnya terhadap hal tersebut. Dari penjelasan diatas bahwa konseling Islami adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai khalifah dibumi dan berfungsi untuk menyembah kepada Allah swt., sehingga askhirnya tercipta kembali hubungan baik dengan Allah, manusia dan alam semesta. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adlah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami oleh manusia, ternyata menimbulkan suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan hanya menimbulkan perasaan hampa. Akhir-akhir ini sedang berkembang kecenderuangan manusia untuk menata kehidupan yang berlandaskan pada nilai-nilai spiritual. Keadaan ini telah mendorong perkembangan bimbingan dan konseling yang berlandaskan nilai spiritual dan religi. Dalam agama, terutama agama Islam, menempatkan manusia pada kedudukan yang mulia. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai khliafah di muka bumi dengan keistemewaan-keistemewaan yang telah dibawanya sejak lahir (fitrah). Dan fitrah tersebut tidak akan berkembang dengan tanpa adanya bimbingan dan pengajaran. Dengan perjalanan perkembangan fitrah manusia, akan menghadapi berbagai permasalaah. Dengan pendekatan agama, konselor akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Karena agama mengatur segala aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa tentram, damai dalam batin manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki. C. Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling Pendekatan Islami dalam bimbingan dan konseling dapat diakaitkan dengan aspek-aspek psikologis yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan dan lain-lain yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berlandaskan tauhid, merupakan pribadi yang bekerja keras untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, yang mana baginya merupakan suatu ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan dan konseling, pribadi muslim berprinsip pada hal-hal sebagaimana yang disampaikan oleh Nelly Nurmelly dalam papernya peran agama dalam bimbingan konseling berikut ini: 1. Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu hanya beriman kepada Allah swt. 2. Memiliki prinsip kepercayaan, yakni beriman kepada malaikat. 3. Memiliki prinsip kepemimpinan, yakni beriman kepada Nabi dan Rosul-Nya. 4. Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yakni berprinsip pada Al-Quran. 5. Memiliki prinsip masa depan, yakni beriman kepada hari akhir. 6. Memiliki prinsip keteraturan, yakni beriman kepada ketentuan Allah. Jika seorang konselor memegang prinsip tersebut, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarah kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling perlu memiliki tiga langkah untuk mewujudkan tujuannya. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu daua kalimat syahadat. Kedua, memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan yaitu shalat lima waktu. Ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Dengan prinsip tersebut, seorang konselor dapat menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Ahlakul Karimah). Selain itu seorang konselor juga perlu mengetahhui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologi) karena manusia sejatinya telah membawa potensi bertuhan sejak dilahirkan. Dalam menghadapi masalah diarahkan dengan pendekatan agama. Yang mana dalam agama mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi yang didasarkan kepada Al-Quran dan As-sunnah. Dan sudah pastinya, pelaksanaan bimbingan dan konseling ddengan pendekatan agama Islam, akan membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan yang diridhai Allah swt. Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi manusia, agama telah mengatur berbagai aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa damai dan tentram bagi jiwa manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki. Peranan agama Islam dalam menghadapi kesehatan mental manusia adalah sebagaimana berikut: 1. Ajaran Islam beserta seluruh petunjuknya yang ada di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam jiwa manusia. 2. Ajaran Islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan mengatasi kesulitan. 3. Ajaran Islam memberikan rasa aman dan tentram yang menimbulkan keimanan kepada allah dalam jiwa seorang mukmin. Bagi seorang mukmin, ketenangan jiwa, rasa aman dan ketentraman jiwa akan terealisasi dengan keimanannyakepada Allah yang akan membekali harapan akan pertolongan, lindungan dan penjagaan-Nya. D. Teori-Teori Konseling dalam Islam Yang dimaksud dengan teori-teori konseling dalam Islam adalah landasan yang benar dalam melaksanakan proses bimbingan dan konseling agar dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif bagi klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Allah berfirman dalam Al-Quran: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl (16): 125]. Ayat tersebut menjelaskan beberapa teori atau metode dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Teori-teori tersebut sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Hamdani Bakran (2002) adalah sebagaimana berikut: 1. Teori Al-Hikmah Sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai permasalahan hidup secara mandiri. Proses aplikasi konseling teori ini semata-mata dapat dilakukan oleh konselor dengan pertolongan Allah, baik secara langsung maupun melalui perantara, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya. 2. Teori Al-Mauidhoh Hasanah Yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana cara mereka membangun ketaatan dan ketaqwaan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan Al-Mau’izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, yaitu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang dihadapinya. 3. Teori Mujadalah yang baik Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Teori ini biasa digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat menyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil suatu keputusan dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa kedua atau lebih itu lebih baik dan benar untuk dirinya. Padahal dalam pandangan konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal pikiran, emosional, dan lingkungannya. Prinsip-prinsip dari teori ini adalah sebagai berikut: a. Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor; b. Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik; c. Saling menghormati dan menghargai; d. Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien dalam mencari kebenaran; e. Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang; f. Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus; g. Tidak menyinggung perasaan klien; h. Mengemukakan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat dan jelas; i. Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam proses konseling benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor. Karena Allah sangat murka kepada orang yang tidak mengamalkan apa yang ia nasehatkan kepada orang lain. Dalam firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” [Qs. Ash-Shaff: 2-3]. Teori konseling “Al-Mujadalah bil Ahsan”, menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan terhadap kebenaran Ilahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya. Seperti adanya dua suara atau pernyataan yang terdapat dalam akal fikiran dan hati sanubari, namun sangat sulit untuk memutuskan mana yang paling mendekati kebenaran. E. Teknik-tekning Konseling Konseling merupakan aktifitas untuk menciptakan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, ada perlunya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling membutuhkan teknik-teknik yang memadai. Berikut ini adalah beberapa teknik konseling sebagaimana yang telah disampaikan oleh Hamdani Bakari (2002), yakni: 1. Teknik yang bersifat lahir Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat di lihat, di dengar atau dirasakan oleh klien (anak didik) yaitu dengan menggunakan tangan atau lisan antara lain: a. Dengan menggunakan kekuatan, power dan otoritas b. Keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras c. Sentuhan tangan (terhadap klien yang mengalami stres dengan memijit di bagian kepala, leher dan pundak) d. Nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar. Maksudnya dalam konseling, konselor lebih banyak menggunakan lisan yang berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar. Agar konselor bisa mendapatkan jawaban dan pernyataan yang jujur dan terbuka dari klien, maka kalimat yang dilontarkan konselor harus mudah dipahami, sopan dan tidak menyinggung perasaan atau melukai hati klien. Demikian pula ketika memberikan nasehat hendaklah dilakukan denagn kalimat yang indah, bersahabat, menenangkan dan menyenangkan. e. Menbacakan do'a atau berdo'a dengan menggunakan lisan f. Sesuatu yang dekat dengan lisan yakni dengan air liur hembusan (tiupan) 2. Teknik yang Bersifat Batin Yaitu teknik yng hanya dilakukan dalam hati dengan do'a dan harapan namun tidak usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan potensi tangan dan lisan. Oleh karena itulah Rosululloh bersabda "bahwa melakukan perbuatan dan perubahan dalam hati saja merupakan selemah-lemahnya iman". Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha yang keras dan sungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui perbuatan, baik dengan tangan, maupun sikap yang lain. Tujuan utamanya adalah membimbing dan mengantarkan individu (anak didik) kepada perbaikan dan perkembangan eksistensi diri dan kehidupannya baik dengan Tuhannya, diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.

psikoterapi islam

PSIKOTERAPI ISLAM Menurut Prawitasari, 1993 (dalam Subandi, 2000) istilah psikoterapi (dan konseling) memiliki pengertian sebagai suatu cara yang dilakukan oleh para profesional (psikolog, psikiater, konselor, dokter, guru, dsb.) dengan tujuan untuk menolong klien yang mengalami problematika psikologis. Lebih lanjut Prawitasari menjelaskan tentang tujuan psikoterapi secara lebih spesifik meliputi beberapa aspek kehidupan manusia antara lain:. Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar, Mengurangi tekanan emosi melalui pemberian kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang dalam,. Membantu klien mengembangkan potensinya, Mengubah kebiasaan dan membentuk tingkah laku baru, Mengubah struktur kognitif,. Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan dengan, Meningkatkan pengetahuan diri dan insight,. Meningkatkan hubungan antar pribadi,. Mengubah lingkungan sosial individu,. Mengubah proses somatik supaya mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kesadaran tubuh melalui latihan-latihan fisik,. Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, kontrol dan kreativitas diri. Dari kutipan di atas tampak jelas bahwa persoalan yang ditangani oleh psikoterapis barat menyangkut masalah-masalah yang bersifat fisiologis-emosional-kognitif-behavioral-sosial. Meskipun jangkauannya bervariasi, seringkali konotasi menjadi sempit, yaitu hanya mengarah kepada suatu usaha dalam proses penyembuhan, menghilangkan persoalan dan gangguan. Walaupun sebenarnya ada beberapa psikoterapis yang memasukan isu pengembangan diri sebagai agenda dalam terapi. Tetapi secara umum orang akan selalu beranggapan bahwa jika ada seseorang sedang menjalani suatu psikoterapi, berarti sedang berusaha menyembuhkan diri. Gambaran mengenai Psikoterapi Islam sendiri memiliki ruang lingkup dan jangkauan yang lebih luas. Selain menaruh perhatian pada proses penyembuhan, psikoterapi Islam sangat menekankan pada usaha peningkatan diri, seperti membersihkan kalbu, menguasai pengaruh dorongan primitif, meningkatkan derajat nafs, menumbuhkan akhlaqul karimah dan meningkatkan potensi untuk menjalankan amanah sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Mappiare, 1996 (dalam Subandi, 2000) menekankan bahwa psikoterapi Islam bertujuan untuk mengembalikan seorang pribadi pada fitrahnya yang suci atau kembali ke jalan yang lurus. Lebih jauh lagi Hamdani, 1996-a (dalam Subandi, 2000) menyebutkan bahwa psikoterapi juga perlu memberikan bimbingan kepada seseorang untuk menemukan hakekat dirinya, menemukan Tuhannya dan menemukan rahasia Tuhan. Psikoterapi Islam tidak hanya memberikan terapi pada orang-orang yang “sakit” sesuai dengan kriteria mental-psikologis-sosial, tetapi juga perlu ikut menangani orang-orang yang “sakit” secara moral dan spiritual. Jadi ukuran yang dijadikan sebagai standar untuk menentukan kriteria suatu tingkah laku itu perlu diterapi atau tidak, yang pertama-tama adalah nilai moral-spiritual dalam Islam. Baru kemudian mengacu pada kriteria-kriteria psikologi yang ada. Teori-teori psikologi pada umumnya terlalu berorientasi pada manusia atau antroposentris (Bastaman, 1995 dalam Subandi, 2000), sehingga ukuran kebenarannya juga dari kacamata manusiawi. Sedangkan dalam perspektif psikologi Islami dalam hal ini psikoterapi Islam kebenarannya harus dikembalikan kepada Al-Quran dan sunnah (Al-Hadis). Bentuk Psikoterapi Berwawasan Islam Muhammad Mahmud Mahmud (dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2001), seorang psikolog muslim ternama membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori, pertama, bersifat duniawi berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Psikoterapi duniawi merupakan hasil daya upaya manusia berupa teknik-teknik terapi atau pengobatan kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah insaniyah. Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan agama, dan kedua model psikoterapi ini satu sama lain saling terkait. Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2001) psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi maupun penyakit manusia modern adalah sebagaimana ungkapan dari Ali bin Abi Thalib sebagai berikut: Obat hati itu ada lima macam: membaca Al-Quran sambil mencoba memahami artinya, melakukan shalat malam, bergaul dengan orang yang baik atau shalih, memperbanyak shaum atau puasa, dzikir malam hari yang lama. Barang siapa yang mampu melakukan salah salah satu dari kelima macam obat hati tersebut maka Allah akan mengabulkannya (permintaannya dengan menyembuhkan penyakit yang diderita). Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab di dalamnya terdapat rahasia mengenai bagaimana menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan seseorang. Sugesti yang dimaksud dapat diraih dengan mendengar, membaca, memahami dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra, 71:82). Terapi yang kedua adalah melakukan shalat malam (qiyamul lail). Keampuhan terapi shalat sunnah ini sangat terkait dengan pengamalan shalat wajib, sebab kedudukan terapi shalat sunnah hanya menjadi suplemen bagi terapi shalat wajib. Adapun hikmah dari pelaksanaan shalat malam dalam hal ini shalat tahajud adalah: 1. Mendapat kedudukan terpuji di hadapan Allah SWT. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (QS. Al-Israa, 71:79). 2. Memiliki kepribadian orang-orang salih yang dekat dengan Allah SWT., terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar. 3. Jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketentraman dan dijanjikan kenikmatan syurga. 4. Doanya makbul, mendapat ampunan Allah SWT., dan dilapangkan rizkinya. 5. Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Shalat secara umum memiliki empat aspek terapeutik, pertama adalah aspek olahraga, karena shalat adalah suatu proses yang menuntut aktivitas fisik yang di dalamnya terdapat proses relaksasi. Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam proses terapi gangguan jiwa adalah latihan relaksasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nizami diungkap bahwa shalat menghasilkan bio energi yang menghantarkan si pelaku dalam situasi seimbang (equilibrium). Hasil penelitian lainnya dari Arif Wisono Adi, 1985 (dalam Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori, 1994) menunjukan adanya korelasi negatif yang signifikan antara keteraturan menjalankan shalat dengan tingkat kecemasan. Makin rajin dan teratur orang melakukan shalat maka makin rendah tingkat kecemasannya. Kedua adalah aspek meditasi. Shalat adalah proses yang menuntut konsentrasi yang dalam (khusuk) dan kekhusukan dalam shalat adalah suatu proses meditasi, yang dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa aktivitas meditasi dapat menghilangkan kecemasan. Ketiga adalah aspek auto-sugesti. Bacaan dalam pelaksanaan shalat adalah ucaapan yang dipanjatkan pada Allah. Di samping berisi pujian pada Allah juga berisikan doa dan permohonan pada Allah agar selamat di dunia dan di akhirat. Proses shalat pada dasarnya adalah terapi yang tidak berbeda dengan terapi “self-hypnosis” dengan mensugesti diri sendiri dengan mengucapakan hal-hal yang baik pada diri sendiri agar memiliki sifat yang baik tersebut. Keempat adalah aspek kebersamaan. Hal ini tampak pada saat pelaksanaan shalat berjamaah yang pada pelaksanaannya memupuk rasa kebersamaan. Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa perasaan “keterasingan” dari orang lain adalah penyebab utama terjadinya gangguan jiwa. Dengan shalat berjamaah perasaan terasing dari orang lain itu dapat hilang. Terapi yang ketiga adalah bergaul dengan orang salih. Orang yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang salih maka nasihat-nasihat dari orang salih tersebut akan dapat memberikan terapi bagi kelainan atau penyakit mental seseorang. Dalam terminologi tasawuf hal ini tergambar pada seorang guru sufi atau mursyid yang memiliki ketajaman batin terhadap kondisi penyakit muridnya. Terapi yang keempat adalah melakukan puasa. Maksud puasa di sini adalah menahan (imsak) diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa hikmah berpuasa (menahan rasa lapar) adalah:. Menjernihkan kalbu dan mempertajam pandangan akal. Melembutkan kalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin. Menjauhkan perilaku yang hina dan sombong, yang perilaku ini sering mengakibatkan kelupaan. Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah, sehingga sangat hati-hati di dalam memilih makanan. Memperlemah syahwat da tertahannya nafsu amarah yang buruk. Mengurangi tidur untuk diisi dengan berbagai aktivitas ibadah. Mempermudah untuk selalu tekun beribadah. Menyehatkan badan dan jiwa. Menumbuhkan kepedulian sosial. Menumbuhkan rasa empati Terapi yang kelima adalah zikir. Dalam arti sempit zikir berarti menyebut asma-asma agung dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti yang luas, zikir mencakup pengertian mengingat segala keagungan dan kasih sayang Allah SWT. yang telah diberikan kepada kita, sambil mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang untuk mengingat, menyebut dan mereduksi kembali hal-hal yang tersembunyi dala hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT., semata sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya, melakukan zikir sama nilainya dengan terapi relaksasi. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d, 13:28). Tehnik Psikoterapi islam A. PENGERTIAN PSIKOTERAPI Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya. Menurut Carl Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini juga digunakan untuk orang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Menurut pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan konstruktif (pemeliharan dan pengembangan jiwa yang sehat). Psikoterapi sangat berguna untuk: 1. Membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, memberi perspektif masa depan yang lebih cerah. 2. Membantu penderita mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi, dan 3. Membantu penderita menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan pengobatannya. B. BENTUK-BENTUK DAN TEKNIK PSIKOTERAPI Muhammad Abd al-‘Aziz al-Khalidi membagi obat (syifa’) ke dalam dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembukan penyakit fisik, seperti berobat dengan madu, air buah-buahan yang disebutkan dalam al-Quran. Sunnahnya digunakan untuk menyembuhkan kelainan jasmani. Kedua, obat ma’nawi, obat yang sunnahnya menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Quran. Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena itu maka kelainan kepribadian disembuhkan dengan pengobatan ma’nawi. Demikian juga kelainan jasmani sering kali disebabkan oleh kelainan ruhani maka cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan ma’nawi. Al-Razi, dokter sekaligus filosof muslim mengatakan bahwa, tugas seorang dokter disamping mengetahui kesehatan jasmani dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa. Hal itu menurutnya dilakukan untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, agar tidak terjadi keadaan yang minus atau berlebihan. Hal ini menunjukkan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis. Pengetahuan psikis tidak sekedar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak diantara kelainan jasmani diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stress, dengki, iri hati, dan lainnya sering kali menjadi penyebab utama penyakit jasmani. Muhammad Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan agama. Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson, terdapat enam teknik psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain: 1. Teknik Terapi Psikoanalisa Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik ini mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik. 2. Teknik Terapi Perilaku Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku. 3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. 4. Tenik Terapi Humanistik Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain. 5. Teknik Terapi Eklektik atau Integratif Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi. 6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya. Berbagai teknik terapi di atas, tidak satupun menyebutkan teknik terapi ukhrawi. Freud bahkan dalam The Future of an Ilusion mengaggap bahwa orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita delusi, ilusi dan obsessional neurosis yang berasal dari ketidakmampuan manusia dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan neurosis yang disebabkan oleh kondisi serupa dengan kondisi yang menimbulkan neurosis pada anak-anak. Teori freud ini kemudian dibantah oleh Carl Jung putra mahkotanya sendiri. Jung terpaksa mengadakan penelitian pada mitologi, agama, alkemi dan astrologi. Penelitiannya ini dapat membantu archetipe-archetipe yang sulit diperoleh dari sumber-sumber kontemporer. Selanjutnya Allport juga membantah teori Freud. Para psikolog kontemporer tidak menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih. Pemeluk agama yang salih justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan tidak pernah mengalami hambatan-hambatan hidup secara serius. Dengan demikian, teori Freud yang hanya mengutamakan psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan agama, yakni psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama. (yaitu Rabb) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Rabbku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku (QS. As-Syu’ara : 78 – 80) Psikoterapi dalam Islam dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Psikoterapi hati itu ada lima macam : 1. Membaca Al-Quran sambil mencoba memahami artinya; 2. Melakukan shalat malam; 3. Bergaul dengan orang yang baik atau salih; 4. puasa 5. zikir malam hari yang lama 1. 1. membaca Al-qur’an Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyalkit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, serta dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat maupun tangkal. Sementara Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’ dalam Al-Qur’an memiliki makna “terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Al-Thabathaba’I jiga mengemukakan bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik melalui bacaan atau tulisan. Menurut al-Faidh al-Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan bahwa lafal-lafal al-Quran dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Quran mampu mengobati penyakit jiwa dan badan manusia. Obat yang mujarab yang dapat mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Quran. Kemukjizatan lafal al-Quran bukan hanya perkalimat, tetapi perkata, bahkan perhuruf. Hal itu dianalogikan dengan sabda Nabi bahwa pahala membaca al-Quran bukan perkalimat atau perkata, tetapi per huruf. Apabila al-Quran dihadapkan pada orang yang sehat mentalnya, maka ia bernilai konstruktif. Artinya, ia dapat memperkuat dan mengembangkan integritas dan penyesuaian kepribadian dirinya. Karena itu, berobat dengan menggunakan al-Quran, baik secara lahiriah maupun batiniah, tidak hanya ketika dalam kondisi sakit, namun sangat dianjurkan dalam kondisi sehat. 2. Shalat diwaktu malam Shalat tahajjud memiliki banyak hikmah. Diantaranya adalah (1) setelah melakukan ibadah tambahan (nafilah), baik dengan shalat maupun membaca al-Quran, maka dirinya mendapatkan kedudukan terpuji dihadapan Allah SWT; (2) memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian orang-orang salih yang selalu dekat (taqqarub) kepada Allah SWT, terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar; (3) jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketenteraman, bahkan Allah SWT menjajikan kenikmatan surga baginya; (4) doanya diterima, dosanya mendapatkan ampunan dari Allah SWT, dan diberi rizki yang halal dan lapang tanpa susah payah mencarinya; (5) sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai rasa syukur, nabi SAW sendiri selalu melakukan tahajjud walaupun tumit kakinya bengkak. Setelah shalat sunat di malam hari, amalan yang perlu dilakukan adalah berdo’a, berdzikir dan membaca wirid, sebab berdoa di malam hari mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW : “Sesuatu yang lebih mendekatkan Tuhan kepada hamba-Nya di tengah malam adalah apabila engkau mampu melakukan zikir kepada Allah maka lakukanlah.” Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk melatih konsentrasi yang integral dan komprehensif.hal itu tergambar dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan potensi-potensi psikis manusia, seperti potensi kalbu untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi syahwat (appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Denga shalat, seseorang dapat menjaga dua dari lima prinsip kehidupan. Lima prinsip kehidupan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan dan harta benda. Dengan shalat ia mampu menjaga agamanya, sebab shalat merupakan tiang agama. Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar terhindar dari segala zat yang membahayakan. Ketiga, shalat mengandung doa yang dapat membebaskan manusia dan penyakit batin. Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)-nya adalah taubat. Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena dalam shalat seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya.salah satu indikator taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat. Dengan pengakuan akan dosa dan permohonan untuk penghapusan dosa dalam doa iftitah, menghantarkan seseorang untuk kembali pada fitrah aslinya yang terbebas dari segala penyakit batin. Bahkan dalam hadis lain, shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan psikis seseorang seperti orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam sehari semalam. 3. Bergaul dengan orang shalih. Orang yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Dalam tradisi kaum sufi, seseorang yang shalih dan dapat menyembuhkan penyakit ruhani manusia disebut dengan al-thabib al-ilahi atau mursyid. Menurut al-Syarqawi, adalah al-thabib al-murabbi (dokter pendidik). Dokter seperti ini lazimnya memberikan resep penyembuhan kepada pasiennya melalui dua cara, yaitu: 1. negative (al-salabi), dengan cara membersihkan diri dari segala sifat-sifat dan akhlak yang tercela. 2. positif (al-ijabi), dengan mengisi diri dari sifat-sifat atau akhlak yang terpuji. Menurut Sa’id Hawwa, menyatakan bahwa zikir, wirid, dan amalan-amalan tertentu belum cukup untuk mengobati penyakit jiwa, melainkan diperlukan ilmu yang disertai dengan mujahadah. Baik mursyid maupun al-thabib al-ilahi, keduanya memiliki-pinjam istilah Abraham Maslow-pengalaman puncak (peak experience), sebab selain mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok juga melakukan perluasan diri (extension of the self) dengan ibadah-ibadah khusus. 4. Melakukan puasa. Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia. Pembagian puasa ada 2: 1. Puasa fisik, yaitu menahan lapar,haus, dan berhubungan seks.(bukan miliknya atau bukan pada tempatnya) 2. Puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan maksiat. Puasa juga mampu menumbuhkan efekemosional yang positif, seperti menyadari akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan nilai-nilai positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin. Hikmah lapar menurut Al-Ghazali: - Menjernihkan Qalbu dan mempertajam pandangan - Melembutkan Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin - Menjauhkan prilaku yang hina dan sombong - Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah - Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk - Mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam hari untuk ibadah - Mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah - Menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit - Menumbuhkan sikap mendahulukan suka membantu orang lain dan mudah bersedekah. 5. Zikir Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala keagungan dan kasih saying Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Dua makna yang terkandung dalam lafal zikir menurut At-Thabathabai: 1. Kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya (istikdhar) 2. Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang. Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya. Melakukan zikir sama halnya nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir.firman Allah SWT: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Al-Ra’d:28) Cara berzikir: 1. Zikir Jabar, zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun gerakan. Fungsinya adalah untuk menormalisasikan kembali fungsi system jaringan syaraf,sel-sel, dan semua organ tubuh. 2. Zikir Sirr, zikir yang diucapkan dalam hati. Kesimpulan kelima terapi diatas adalah terapi dengan doa dan munajat. Doa adalah permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah yang memberikan penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan. Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar doa dapat diterima maka diperlukan syarat-syarat khusus, diantaranya dengan membaca istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti memohon ampunan kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu memiliki makna taubat. Yang unik dalam psikoterapi islam adalah keberadaannya sangat subyektif dan teosentris. Dalam melakukan terapi, masing-masing individu memiliki tingkat kualitas yang berbeda seiring pengetahuan, pengalaman, dan pengamalan yang dimiliki. Tentunya hal itu mempengaruhi tingkat kemujaraban terapi yang diberikan. Perbedaan itu dapat dipahami sebab dalam islam mempercayai adanya anugrah dan kekuatan agung diluar kekuatan manusia, yaitu Tuhan